5 Imunisasi Wajib Bagi Si Balita
Imunisasi adalah suatu
cara untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap
suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak
akan sakit atau sakit ringan. (Depkes RI, 2005).
Imunisasi
yang harus diberikan kepada balita ada 5 macam, diantaranya:
1)
Campak
Penyakit
campak (Rubeola, Campak 9 hari, Measles) sangat menular, ditandai dengan demam,
batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dan ruam
kulit. Penyakit campak disebabkan infeksi virus campak golongan Paramyxovirus.
Penularan
virus campak terjadi karena menghirup percikan ludah penderita campak.
Penderita campak bisa menularkan virus campak dalam waktu 2-4 hari sebelum
timbulnya ruam kulit dan 4 hari setelah ruam kulit ada.
Sebelum
vaksinasi campak digunakan meluas, wabah campak terjadi setiap 2-3 tahun,
terutama pada anak-anak usia pra-sekolah dan anak-anak SD. Jika seseorang
pernah menderita campak, maka seumur hidupnya dia akan kebal terhadap campak.
Kekebalan
terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi dan infeksi aktif. Kekebalan pasif
diperoleh seorang bayi yang lahir dari ibu yang telah kebal (berlangsung selama
1 tahun). Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah bayi berumur lebih
dari 1 tahun, bayi yang tidak mendapatkan imunisasi campak, remaja dan dewasa
muda yang belum mendapatkan imunisasi campak kedua.
Komplikasi
Pada
anak yang sehat dan gizinya cukup, campak jarang berakibat serius. Beberapa
komplikasi yang bisa menyertai campak, yaitu
a) Infeksi
bakteri : pneumonia dan infeksi telinga tengah.
b) Kadang
terjadi trombositopenia (penurunan jumlah trombosit), sehingga penderita mudah
memar dan mudah mengalami perdarahan.
c) Ensefalitis
(inteksi otak) terjadi pada 1 dari 1.000 kasus.
Pencegahan
Vaksin
campak merupakan bagian imunisasi rutin pada anak-anak. Vaksin campak biasanya
diberikan dalam bentuk kombinasi dengan gondongan dan campak Jerman (vaksin
MMR/mumps, measles, rubella), disuntikkan pada otot paha atau lengan atas.
Jika
hanya mengandung campak, vaksin diberikan pada umur 9 bulan. Dalam bentuk MMR,
dosis pertama diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia
4-6 tahun.
2)
Vaksin
DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus)
Difteri
Penyakit difteri disebabkan bakteri
Corynebacterium Diphtheriae. Difteri mudah menular, menyerang terutama saluran
napas bagian atas, dengan gejala demam tinggi, pembengkakan amandel (tonsil)
dan terlihat selaput putih kotor yang makin lama makin membesar dan dapat
menutup jalan napas. Racun difteri dapat merusak otot jantung, berakibat gagal
jantung. Penularan bakteri difteri umumnya melalui udara (batuk/bersin). Selain
itu, bakteri difteri dapat menular melalui benda atau makanan yang
terkontaminasi.
Pencegahan
difteri paling efektif adalah dengan imunisasi bersamaan dengan tetanus dan
pertusis (vaksinasi DPT) sebanyak 3 kali sejak bayi berumur 2 bulan dengan
selang penyuntikan 1-2 bulan. Pemberian imunisasi DPT akan memberikan kekebalan
aktif terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus. Efek samping imunisasi
DPT yang mungkin timbul adalah demam, nyeri dan bengkak pada permukaan kulit.
Cara mengatasinya cukup diberikan obat penurun panas.
Pertusis
Penyakit
pertusis atau batuk rejan atau “Batuk Seratus Hari“ disebabkan bakteri
Bordetella Pertussis. Gejala pertusis khas yaitu batuk terus menerus, sukar
berhenti, muka menjadi merah atau kebiruan dan muntah kadang-kadang bercampur
darah. Batuk pertusis diakhiri tarikan napas panjang dan dalam dan berbunyi
melengking.
Penularan
bakteri pertusis umumnya melalui udara (batuk/bersin). Bakteri pertusis juga
dapat menular melalui benda atau makanan yang terkontaminasi. Pencegahan
pertusis paling efektif adalah dengan imunisasi bersamaan dengan tetanus dan
difteri (vaksinasi DPT) sebanyak 3 kali sejak bayi berumur 2 bulan dengan
selang penyuntikan 1-2 bulan.
Tetanus
Penyakit
tetanus berbahaya karena mempengaruhi sistem urat saraf dan otot. Gejala
tetanus diawali dengan kejang otot rahang (trismus atau kejang mulut),
pembengkakan, rasa sakit dan kejang di otot leher, bahu atau punggung.
Kejang-kejang segera merambat ke otot perut, lengan atas dan paha.
Neonatal
tetanus umum terjadi pada bayi baru lahir. Neonatal tetanus menyerang bayi baru
lahir karena dilahirkan di tempat kotor dan tidak steril, terutama jika tali
pusar terinfeksi. Neonatal tetanus menyebabkan kematian bayi dan banyak terjadi
di negara berkembang. Di negara-negara maju, dimana kebersihan dan teknik melahirkan
sudah maju, tingkat kematian akibat neonatal tetanus dapat ditekan. Selain itu,
antibodi dari ibu kepada jabang bayinya juga mencegah neonatal tetanus.
Infeksi
tetanus disebabkan bakteri Clostridium Tetani yang memproduksi toksin
tetanospasmin. Tetanospasmin menempel di area sekitar luka dan dibawa darah ke
sistem saraf otak dan saraf tulang belakang, sehingga terjadi gangguan urat
saraf, terutama saraf yang mengirim pesan ke otot. Infeksi tetanus terjadi
karena luka terpotong, terbakar, maupun frostbite. Walaupun luka kecil bukan
berarti bakteri tetanus tidak dapat hidup di sana. Sering kali orang lalai,
padahal luka sekecil apapun dapat menjadi tempat bakteri tetanus berkembang
biak.
Periode
inkubasi tetanus terjadi dalam waktu 3-14 hari dengan gejala mulai timbul di
hari ketujuh. Gejala neonatal tetanus mulai pada dua minggu pertama kehidupan
seorang bayi. Walaupun tetanus berbahaya, jika cepat didiagnosa dan mendapat
perawatan benar, penderita tetanus dapat disembuhkan. Penyembuhan tetanus umumnya
terjadi selama 4-6 minggu. Tetanus dapat dicegah dengan pemberian imunisasi
sebagai bagian vaksinasi DPT. Setelah lewat masa kanak-kanak, imunisasi tetanus
terus dilanjutkan walaupun telah dewasa, dengan vaksin TT (Tetanus Toxoid).
Dianjurkan imunisasi tetanus setiap interval 5 tahun: 25, 30, 35 dst. Wanita
hamil sebaiknya mendapat imunisasi tetanus dan melahirkan di tempat bersih dan
steril.
3)
Hepatitis
B
Penyakit
hepatitis B disebabkan virus hepatitis B (VHB), anggota family Hepadnavirus.
Virus hepatitis B menyebabkan peradangan hati akut atau menahun, yang pada
sebagian kasus berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati. Hepatitis B
mula-mula dikenal sebagai "serum hepatitis" dan telah menjadi epidemi
pada sebagian Asia dan Afrika. Hepatitis B telah menjadi endemik di Tiongkok
dan berbagai negara Asia.
Penyebab
hepatitis ternyata tidak hanya karena virus. Keracunan obat dan paparan
berbagai macam zat kimia seperti karbon tetraklorida, chlorpromazine,
chloroform, arsen, fosfor, dan zat-zat lain yang digunakan sebagai obat dalam
industri modern, juga bisa menyebabkan hepatitis. Zat-zat kimia tersebut bisa
saja tertelan, terhirup atau diserap melalui kulit penderita. Menetralkan racun
dalam darah adalah pekerjaan hati. Jika terlalu banyak zat kimia beracun masuk
ke dalam tubuh, hati bisa rusak sehingga tidak dapat lagi menetralkan
racun-racun lain.
Pencegahan
Penularan
virus hepatitis B dicegah dengan memelihara gaya hidup bersih sehat, misalnya
menghindari narkotika, tato, tintik badan, hubungan homoseksual, hubungan seks
multi partner. Selain itu, pencegahan paling efektif terhadap hepatitis B
adalah dengan imunisasi (vaksinasi) hepatitis B. Imunisasi hepatitis B
dilakukan tiga kali, yaitu bulan pertama, dua bulan dan enam bulan kemudian.
Imunisasi hepatitis B dianjurkan bagi setiap orang dari semua golongan umur.
Kelompok yang paling membutuhkan imunisasi hepatitis B yaitu bayi baru lahir,
orang lanjut usia, petugas kesehatan, penderita penyakit kronis (seperti gagal
ginjal, diabetes, jantung koroner), pasangan yang hendak menikah, wanita pra
kehamilan.
4)
Poliomielitis
(Polio)
Poliomielitis
(polio) adalah penyakit paralisis (lumpuh) yang disebabkan virus polio. Virus
penyebab polio, poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, menginfeksi
saluran usus. Virus polio dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem
saraf pusat, menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralisis).
Vaksin efektif pertama
Vaksin
efektif polio pertama dikembangkan Jonas Salk. Salk menolak mematenkan vaksin
polio karena menurutnya, vaksin polio milik semua orang seperti halnya sinar
matahari. Namun vaksin yang digunakan untuk inokulasi masal adalah vaksin polio
yang dikembangkan Albert Sabin. Inokulasi pencegahan polio anak untuk pertama
kalinya diselenggarakan di Pittsburgh, Pennsylvania pada 23 Februari 1954.
Polio hilang di Amerika pada tahun 1979.
5)
Tuberkulosis
(TBC)/BCG
Tuberkulosis
(TBC) disebabkan bakteri Mycobacterium Tuberculosis dan ditularkan melalui
kontak antar manusia. Penyakit TBC paling sering menyerang paru-paru walaupun
pada sepertiga kasus menyerang organ tubuh lain. TBC juga salah satu penyakit
tertua yang diketahui menyerang manusia. Jika diterapi dengan benar,
tuberkulosis yang disebabkan kompleks Mycobacterium Tuberculosis, yang peka
terhadap obat, dapat disembuhkan. Tanpa terapi, tuberkulosis akan mengakibatkan
kematian dalam lima tahun pertama pada lebih dari setengah kasus.
Pencegahan
Pencegahan paling efektif terhadap TBC adalah
dengan imunisasi (vaksinasi) BCG (Bacille Calmette-Guerin). Vaksin BCG dibuat
dari baksil TBC (Mycobacterium Bovis) yang dilemahkan dengan dikulturkan di
medium buatan selama bertahun-tahun. Vaksin BCG dapat mencegah penularan
bakteri TBC selama 15 tahun.
DAFTAR
PUSTAKA
http://www.imunisasi.net/ diunduh tanggal 2 Mei 2014
pukul 10.43 WIB
http://www.organisasi.org/1970/01/arti-definisi-pengertian-imunisasi-tujuan-manfaat-cara-dan-jenis-imunisasi-pada-manusia.html diunduh tanggal 2 Mei 2014 pukul 10.32 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar